Server detikcom sebenarnya sudah siap diakses pada 30 Mei 1998, namun
mulai online dengan sajian lengkap pada 9 Juli 1998. Tanggal 9 Juli itu
akhirnya ditetapkan sebagai hari lahir detikcom yang didirikan oleh :
Budiono Darsono (eks wartawan DeTik),
Yayan Sopyan (eks wartawan DeTik),
Abdul Rahman (mantan wartawan Tempo), dan
Didi Nugrahadi.
Semula peliputan
utama detikcom terfokus pada berita politik, ekonomi, dan teknologi
informasi. Baru setelah situasi politik mulai reda dan ekonomi mulai
membaik, detikcom memutuskan untuk juga melampirkan berita hiburan, dan
olahraga. Dari situlah kemudian tercetus keinginan membentuk detikcom yang
update-nya tidak lagi menggunakan karakteristik media cetak yang harian,
mingguan, bulanan.
Yang dijual detikcom adalah breaking news. Dengan
bertumpu pada vivid description macam ini detikcom melesat sebagai situs informasi digital paling populer di kalangan users internet.
Pada Juli 1998 situs detikcom per harinya menerima 30.000 hits (ukuran
jumlah pengunjung ke sebuah situs) dengan sekitar 2.500 user (pelanggan
Internet). Sembilan bulan kemudian, Maret 1999, hits per harinya naik
tujuh kali lipat, tepatnya rata-rata 214.000 hits per hari atau
6.420.000 hits per bulan dengan 32.000 user. Pada bulan Juni 1999, angka
itu naik lagi menjadi 536.000 hits per hari dengan user mencapai
40.000. Terakhir, hits detikcom mencapai 2,5 juta lebih per harinya.
Selain perhitungan hits, detikcom masih memiliki alat ukur lainnya yang
sampai sejauh ini disepakati sebagai ukuran yang mendekati seberapa
besar potensi yang dimiliki sebuah situs. Ukuran itu adalah page view
(jumlah halaman yang diakses). Page view detikcom sekarang mencapai 3
juta per harinya. sekarang detik..com menempati posisi ke empat tetinggi
dari alexa.com untuk seluruh kontent di Indonesia.
Kisah awal media Detik ini menjadikan internet sebagai basis pemberitaan, berawal dari kisah pahit yang dialaminya. Ketika pada masa Orde Baru, media ini muncul dalam format sebagai majalah mingguan yang mengupas masalah politik sebagai pokok bahasan. Namun, kekuatan Orde Baru yang sangat ketat mengawasi pemberitaan media massa, memaksa majalah tersebut menyudahi kiprahnya untuk terbit dalam format majalah.
Hal ini karena Detik dianggap terlalu keras dalam pemberitaannya yang dianggap menyerang penguasa saat itu. Sehingga, dengan keputusan Menteri Penerangan saat itu, majalah Detik bersama Tempo dan Forum harus dicabut surat Ijin Usaha Penerbitan yang merupakan surat ijin usaha media massa.
Kisah awal media Detik ini menjadikan internet sebagai basis pemberitaan, berawal dari kisah pahit yang dialaminya. Ketika pada masa Orde Baru, media ini muncul dalam format sebagai majalah mingguan yang mengupas masalah politik sebagai pokok bahasan. Namun, kekuatan Orde Baru yang sangat ketat mengawasi pemberitaan media massa, memaksa majalah tersebut menyudahi kiprahnya untuk terbit dalam format majalah.
Hal ini karena Detik dianggap terlalu keras dalam pemberitaannya yang dianggap menyerang penguasa saat itu. Sehingga, dengan keputusan Menteri Penerangan saat itu, majalah Detik bersama Tempo dan Forum harus dicabut surat Ijin Usaha Penerbitan yang merupakan surat ijin usaha media massa.
0 komentar:
Posting Komentar